Kata
Pengantar
Rasa syukur yang sangat
mendalam, saya panjatkan kehadirat Allah SWT, sehingga melalui rahmat-Nya yang
tiada terkira rilis pertama dari makalah pengaruh budaya terhadap efektifitas
organisasi ini dapat terselesaikan.
Puji syukur kehadirat Allah SWT
yang dengan rahmat dan hidayah-Nya,sehingga penulisan makalah berjudul “pengaruh
budaya terhadap efektifitas organisasi” ini dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun sebagai
salah satu tugas ilmu budaya dasar yang diberikan oleh salah satu dosen saya di
Universitas Gunadarma.
Pada kesempatan ini saya menyampaikan
terima kasih atas segala bantuan dan dukungannya yang telah diberikan selama
proses pembuatan makalah ini kepada :
1.
Bapak Heri Suprapto
selaku dosen kelas
2.
Para blogger berharga
yang memudahkan saya dalam menyusun makalah
3.
Para rekan sejawat saya
di kelas EA01
4.
Kedua orang tua
tercinta saya, atas semua doa, cinta, dorongan moril dan spiritual, financial
dan atas segala yang telah diberikan kepada saya.
Akhirnya saya berharap semoga
makalah ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi bagi semua pihak yang
bermanfaat dan memerlukan.
Depok, 23 oktober 2012
A.
Latar
Belakang
Organisasi seringkali menghadapi berbagai persoalan
ketika terjadi interaksi dengan lingkungan terutama apabila lingkungannya tidak
stabil dan terus berkembang. Oleh sebab itu, organisasi perlu menyesuaikan diri
dengan kondisi lingkungan yang berubah-ubah tersebut agar dapat mengatasi
masalah-masalah yang terjadi. Di samping itu, pada saat yang sama organisasi
juga menghadapi masalah internal, yang mengharuskan organisasi mengatasinya
sehingga tetap terjadi suatu keterpaduan dalam fungsi organisasi. Upaya mengatasi
masalah-masalah eksternal dan internal tersebut, organisasi perlu membentuk
suatu budaya organisasi yang kuat dan sehat, bila ingin mempertahankan diri,
bahkan jika ingin terus tumbuh dan berkembang menjadi organisasi yang efektif..
Suatu efektifitas diperlukan dalam berbagai aktifitas atau kegiatan, termasuk
dalam kegiatan berorganisasi. Saat ini efektifitas organisasi menjadi masalah
penting dalam kesehariaanya. Topik ini tidak akan menghilang dari bahasan
manajemen serta ilmu organisasi. Efektifitas organisasi ini dapat dilihat dari
berbagai segi dan sudut pandang, baik dilihat dari teori maupun yang lain.
Namun, di kalangan para ahli masih terdapat perbedaan pengertian mengenai
konsep efektifitas organisasi itu sendiri dan alat ukurnya.
A.
Rumusan
Masalah
Adapun permasalahan yang
akan di bahas antara lain dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud efektifitas organsiasi?
2. Ada yang dimaksud dengan budaya organisasi ?
3. Kapan suatu organisasi dapat dikatakan efektif? Apa ciri-cirinya?
4. Hubungan Budaya Organisasi dengan Efektivitas Organisasi
1. Apa yang dimaksud efektifitas organsiasi?
2. Ada yang dimaksud dengan budaya organisasi ?
3. Kapan suatu organisasi dapat dikatakan efektif? Apa ciri-cirinya?
4. Hubungan Budaya Organisasi dengan Efektivitas Organisasi
PENGANTAR
Globalisasi ekonomi dan adanya era perubahan dalam
menghadapi perdagangan bebas merupakan tantangan serius bagi para eksekutif
dalam mengelola organisasi. Hal ini menuntut kehati-hatian untuk dapat
menyesuaikan diri dengan perkembangan dan sekaligus menjaga kelangsungan
organisasi agar mampu bertahan hidup. Dalam era keterbukaan ini, batas-batas
goegrafis bukanlah merupakan hambatan bagi kemungkinan persaingan yang timbul.
Oleh karena itu, diharapkan organisasi yang ada di dalam negeri dapat
mempersiapkan diri untuk membina organisasinya, terutama sumber daya manusia
dan sistem, untuk mampu menghadapi kedatangan pesaingnya, baik dalam industri
yang sejenis maupun industri lain. . Para Pendiri organisasi
meletakkan dasar bagi budaya organisasi yang didirikannya sejak awal, baik
secara sadar atau tidak. Seiring dengan adanya pertumbuhan organisasi
sebagai hasil interaksi organisasi dengan lingkungannya dalam usaha
pengembangan organisasinya, maka secara sadar nilai-nilai pokok tertentu yang
ada dalam budaya organisasi juga akan mengalami perubahan. Oleh sebab itu,
budaya organisasi perlu dikelola agar sesuai dengan pertumbuhan organisasi
tersebut, karena budaya organisasi memiliki peranan yang sangat penting tehadap
efektifitas organisasi.
PENGERTIAN
EFEKTIFITAS ORGANISASI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI), kata efektif dapat diartikan dapat membawa hasil atau berhasil guna. Sedangkan organisasi merupakan kesatuan (susunan) yang terdiri atas bagian-bagian (orang) untuk tujuan tertentu atau bias disebut juga kelompok kerja sama antara orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama. Pengertian lain dari kata efektifitas adalah suatu tingkat prestasi organisasi dalam mencapai tujuannya artinya kesejahteraan tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai. Istilah efektif berasal dari bahasa inggris effective artinya berhasil, sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Robbins (2005:27) mendefinisikan efektivitas sebagai tingkat pencapaian organisasi jangka panjang dan jangka pendek. Rumah sakit misalnya, dikatakan efektif jika ia berhasil memenuhi kebutuhan para kliennya dan rumaha sakit itu efisien jika ia dapat hal itu dengan biaya yang rendah. Gibson et al (1992:25) mengemukakan definisi keefektifan sebagai penilaian yang kita buat sehubungan denga prestasi individu, kelompok dan organisasi. Makin dekat prestasi mereka terhadap prestasi yang diharapkan, makin lebih efektif kita menilai mereka. Pendapat ini menyatakan istilah keefektifan dengan prestasi. Pengertian ini sama dengan yang dikemukakan Etzioni (1976:8) bahwa efektivitas aktual dari suatu organisasi tertentu ditentukan oleh tingkat sejauh mana organisasi tersebut meralisasikan tujuannya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI), kata efektif dapat diartikan dapat membawa hasil atau berhasil guna. Sedangkan organisasi merupakan kesatuan (susunan) yang terdiri atas bagian-bagian (orang) untuk tujuan tertentu atau bias disebut juga kelompok kerja sama antara orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama. Pengertian lain dari kata efektifitas adalah suatu tingkat prestasi organisasi dalam mencapai tujuannya artinya kesejahteraan tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai. Istilah efektif berasal dari bahasa inggris effective artinya berhasil, sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Robbins (2005:27) mendefinisikan efektivitas sebagai tingkat pencapaian organisasi jangka panjang dan jangka pendek. Rumah sakit misalnya, dikatakan efektif jika ia berhasil memenuhi kebutuhan para kliennya dan rumaha sakit itu efisien jika ia dapat hal itu dengan biaya yang rendah. Gibson et al (1992:25) mengemukakan definisi keefektifan sebagai penilaian yang kita buat sehubungan denga prestasi individu, kelompok dan organisasi. Makin dekat prestasi mereka terhadap prestasi yang diharapkan, makin lebih efektif kita menilai mereka. Pendapat ini menyatakan istilah keefektifan dengan prestasi. Pengertian ini sama dengan yang dikemukakan Etzioni (1976:8) bahwa efektivitas aktual dari suatu organisasi tertentu ditentukan oleh tingkat sejauh mana organisasi tersebut meralisasikan tujuannya.
KOMPONEN-KOMPONEN
EFEKTIFITAS ORGANISASI
Efektifitas organisasi memiliki tiga komponen, yaitu:
1. Efektifitas Individu (Individual Effectiveness)
Seberapa jauh tiap individu yang ada di organisasi mempengaruhi efektifitas organisasi secara keseluruhan, terdiri dari: (a) Ability, (b) Skill, (c) Knowledge, (d) Attitude, (e) Motivation, (f) Stress
2. Efektifitas Kelompok (Groups Effectiveness)
Efektifitas organisasi dipengaruhi oleh kelompok-kelompok yang ada di organisasi yang bersangkutan, yaitu oleh: (a) Cohesiveness, (b)Leadership, (c) Structure, (d) Status, (e) Roles, (f) Norms
3. Efektifitas Organisasi (Organizational Effectiveness)
Efektifitas organisasi ditentukan oleh organisasi secara umum, meliputi sebagai berikut: (a) Environment, (b) Technology, (c) Strategic choices, (d) Structure, (e) Processes, (f) Culture
Efektifitas organisasi memiliki tiga komponen, yaitu:
1. Efektifitas Individu (Individual Effectiveness)
Seberapa jauh tiap individu yang ada di organisasi mempengaruhi efektifitas organisasi secara keseluruhan, terdiri dari: (a) Ability, (b) Skill, (c) Knowledge, (d) Attitude, (e) Motivation, (f) Stress
2. Efektifitas Kelompok (Groups Effectiveness)
Efektifitas organisasi dipengaruhi oleh kelompok-kelompok yang ada di organisasi yang bersangkutan, yaitu oleh: (a) Cohesiveness, (b)Leadership, (c) Structure, (d) Status, (e) Roles, (f) Norms
3. Efektifitas Organisasi (Organizational Effectiveness)
Efektifitas organisasi ditentukan oleh organisasi secara umum, meliputi sebagai berikut: (a) Environment, (b) Technology, (c) Strategic choices, (d) Structure, (e) Processes, (f) Culture
Organisasi akan berjalan
terarah jika memiliki tujuan yang jelas. Adanya tujuan akan memberikan motivasi
untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Selanjutnya tujuan organisasi
mencakup beberapa fungsi diantaranya yaitu memberikan pengarahan dengan cara
menggambarkan keadaan yang akan datang yang senantiasa dikejar dan diwujudkan
oleh organisasi. Selama ini untuk menilai apakah organisasi itu efektif atau
tidak, secara keseluruhan ditentukan oleh apakah tujuan organisasi itu tercapai
atau tidak. Akan tetapi, dalam kenyataan akan sangatlah sulit untuk meilhat
atau mempersamakan efektivitas organisasi dengan tingkat keberhasilan dengan
pencapaian tujuan. Hal ini disebabkan selain karena selalu ada penyesuaian
dengan target yang akan dicapai, juga dalam proses pencapaiannya sering kali
ada tekanan dari keadaan sekeliling. Kenyataan tersebut selanjutnya menyebabkan
jarang sekali target dapat dicapai secara keseluruhan. Suatu organisasi tidak memperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas organisasi, akan mengalami
kesulitan dalam mencapai tujuannya tetapi apabila suatu perusahaan
memperhatikan faktor-faktor tersebut maka tujuan yang ingin dicapai dapat lebih
mudah tercapai hal itu dikarenakan efektivitas akan selalu dipengaruhi oleh
faktor-faktor tersebut. Tercapainya tingkat efektivitas yang tinggi perlu
memperhatikan kriteria-kriteri efektivitas sebagaimana yang dikemukakan oleh
Richard M.Steers (1985:46) sebagai berikut: (1) Produktivitas. (2) Kemampuan
berlaba. (3) Kesejahteraan pegawai. Secara lebih operasional, Emitai Atzoni
yang dikutip oleh Indrawijaya (1989:227) mengemukakan “efektivitas organisasi
akan tercapai apabila organisasi tersebut memenuhi kriteria mampu beradaptasi,
berintegrasi, memiliki motivasi, dan melaksanakan produksi dengan baik”.
DEFINISI
BUDAYA ORGANISASI
Definisi budaya organisasi antara lain dikemukakan oleh
Robbins (1990), budaya organisasi merupakan nilai-nilai dominan atau falsafah
yang menuntun kebijaksanaan organisasi terhadap para anggota organisasi
tersebut. Selain itu budaya organisasi juga merupakan sistem nilai yang
diyakini, dipelajari, diterapkan, serta dikembangkan secara berkesinambungan,
dan dijadikan acuan perilaku oleh semua anggota organisasi untuk mencapai
tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.
Selain itu, Shein (Renstra LAPAN, 2005) – pakar dalam
“Applied Strategic Planning” mendefinisikan budaya sebagai suatu pola dari
asumsi-asumsi dasar (keyakinan dan harapan) yang ditemukan ataupun dikembangkan
oleh suatu kelompok tertentu dari organisasi, dan kemudian menjadi acuan dalam
mengatasi persoalan-persoalan yang berkaitan dengan adaptasi keluar dan
integrasi internal, yang dalam kurun waktu tertentu telah berfungsi dengan
baik, maka dipandang sah, karenanya dibakukan, sehingga setiap anggota
organisasi harus menerimanya sebagai cara yang tepat dalam pendekatan
pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan dalam organisasi.
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa budaya adalah suatu pola dari keseluruhan keyakinan dan harapan yang
dipegang teguh secara bersama oleh semua anggota organisasi dalam pelaksanaan
pekerjaan yang ada dalam organisasi tersebut. Dengan demikian, budaya dalam
suatu organisasi adalah menjadi pengikat semua karyawan dan sekaligus sebagai
pemberi arti dan maksud dari keterlibatan karyawan dalam organisasi.
Budaya meliputi suatu sistem nilai yang diyakini oleh
individu maupun organisasi. Rokeach (Renstra LAPAN, 2005) mendefinisikan
nilai sebagai suatu keyakinan yang berlangsung terus dan relatif tetap bahwa
suatu cara khusus mengenai perilaku atau keadaan akhir dari keberadaan adalah
lebih baik secara pribadi atau secara sosial dibandingkan dengan cara yang
berlawanan dengan cara khusus tersebut. SedangkanSistem Nilai adalah suatu
rangkaian kesatuan dari nilai-nilai yang relatif penting dalam organisasi.
Oleh karena itu, nilai yang dianut oleh organisasi akan
membawa organisasi kepada suatu tujuan tertentu yang dianggap benar. Demikian
pula halnya, nilai yang dianut organisasi akan membawa organisasi tersebut
kepada cara-cara tertentu yang tepat dalam mencapai tujuan organisasi, dan
cenderung mengabaikan cara-cara lainnya karena dianggap sebagai cara yang
salah, dengan kata lain nilai menentukan norma-norma
ataupun prinsip-prinsip (standar tindakan) dalam organisasi.
Sehubungan dengan lingkup substansi nilai dan kaitannya dengan budaya, maka
dapat dinyatakan bahwa suatu orgtanisasi yang mempunyai budaya kuat/mapan
adalah organisasi dengan misi dan prinsip yang diterapkannya cukup jelas, dan
lebih lanjut dapat dipahami setiap anggota organisasi dan stakeholders. Untuk
pemahaman ini, organisassi dituntut untuk mengembangkan“culture network”.
Berdasarkan
definisi budaya dan nilai yang telah diuraikan di atas
dapat dinyatakan bahwa budaya adalah himpunan sentral dari asumsi-asumsi dasar
dan nilai-nilai, di mana nilai-nilai akan menurunkan prinsip-prinsip. Lebih
lanjut penerapan prinsip-prinsip akan menjadi upaya validasi bagi budaya
tersebut. Oleh karena itu dalam suatu organisasi selalu terjadi proses siklus
budaya: keyakinan - nilai - prinsip - keyakinan.
Budaya mengimplikasikan adanya dimensi atau karakteristik
tertentu yang berhubungan secara erat dan interdependent. Robbins
(1990) mengemukakan bahwa ada sepuluh karakteristik budaya yang berlaku di
suatu organisasi yang membedakan antara budaya dari masing-masing organisasi.
Karakteristik tersebut adalah:
1. Inisiatif
individual
Tingkat
tanggung jawab, kebebasan, dan independensi yang dimiliki oleh individu.
2. Toleransi
terhadap tindakan beresiko
Sejauh
mana para karyawan dianjurkan untuk bertindak agresif, inovatif, dan berani mengambil
resiko.
3. Arah
(direction)
Sejauh
mana organisasi menciptakan dan menggambarkan secara jelas sasaran dan harapan
mengenai prestasi.
4. Integrasi
Sejauh
mana unit-unit dalam organisasi didorong untuk bekerja secara terkoordinasi.
5. Dukungan
dari manajemen
Sejauh
mana para manager dapat berkomunikasi secara jelas, memberikan bantuan, serta
dukungan terhadap bawahannya.
6. Control
Seberapa
banyak peraturan dan pengawasan langsung yang digunakan untuk mengawasi
dan mengendalikan perilaku karyawan.
7. Identitas
Sejauh
mana para anggota organisasi mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari
organisasi secara keseluruhan dibandikan dengan kelompok kerja atau dengan
bidang keahlian professional.
8. Sistem
imbalan (reward sistem)
Sejauh
mana alokasi reward (misalnya, kenaikan gaji, promosi) berdasarkan
pada kriteria kinerja karyawan sebagai kebalikan dari sistem senioritas, sikap
pilih kasih, dan sebagainya.
9. Toleransi
terhadap konflik
Sejauh
mana para karyawan didorong untuk mengemukakan konflik dan kritik secara
terbuka
10. Pola
– pola komunikasi
Sejauh
mana komunikasi organisasi dibatasi oleh hierarki kewenangan yang formal.
Kesepuluh
karakteristik tersebut mencakup dimensi struktural dan perilaku dalam
organisasi.
ELEMEN BUDAYA ORGANISASI
Budaya organisasi merupakan karakteristik organisasi yang
membentuk perilaku anggota organisasi dalam mencapai tujuannya, melalui
pemahaman yang baik terhadap elemen-elemen pembentuk budaya seperti keyakinan,
tata nilai, atau adat kebiasaan. Semakin anggota organisasi memahami, mengakui,
menjiwai, dan mempraktekkan keyakinan, tata nilai atau adat kebiasaan tersebut
dan semakin tinggi tingkat kesadaran mereka, budaya organisasi akan semakin
eksis dan lestari. Artinya budaya organisasi merupakan keyakinan setiap orang di dalam organisasi
akan jati diri yang secara idiologis dapat memperkuat eksistensi organisasi
baik ke dalam sebagai pengikat atau simpul organisasi dan keluar sebagai
identitas sekaligus kemampuan untuk beradaptasi dengan berbagai situasi dan
kondisi yang dihadapi organisasi. Budaya organisasi terdiri dari beberapa
elemen, perbedaan budaya satu organisasi dengan organisasi lainnya terletak
pada elemen budaya organisasi, sehingga setiap elemen memerlukan pemahaman
tersendiri agar member pemahaman budaya secara utuh. Beberapa ahli mengemukakan
elemen budaya organisasi, seperti Denison (1990) nilai- nilai, keyakinan dan
prinsip-prinsip dasar, dan praktek-praktek manajemen serta perilaku; Schwartz
dan Davis (1981) kepercayaan, harapan dan norma; Schein (1992) pola asumsi
dasar bersama, nilai dan cara untuk melihat, berfikir dan merasakan, dan
artifak; Cartwright (1999) rentangan sistematis, proses pembelajaran,
menciptakan cara hidup, dan adaptasi lingkungan; dan Hofstede (2005) symbol,
pahlawan, ritual, dan nilai. Deal dan Kennedy (1982) nilai, keteladanan,
lingkungan organisasi, rutinitas dan jaringan komunikasi. Terlepas dari adanya
perbedaan seberapa banyak elemen budaya organisasi dari setiap ahli, secara
umum elemen budaya organisasi terdiri dari dua elemen pokok yaitu elemen yang
bersifat idealistik dan elemen yang bersifat perilaku.
PANDANGAN
BUDAYA DI LINGKUNGAN ORGANISASI
Perspektif budaya di lingkungan organisasi merupakan
seperangkat kerangka kerja yang membimbing orang-orang untuk bersikap dan berperilaku
tepat demi keberhasilan organisasi. Budaya organisasi member arah dan
memperkuat standar perilaku untuk mengendalikan pelaku organisasi agar
melaksanakan tugas dan tanggung jawab mereka secara efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan dan sasaran organisasi. Implikasinya menyangkut percepatan
peningkatan kualitas kinerja pada organisasi memerlukan komitmen yang kuat,
kreativitas, inovasi, dan terobosan dalam mengimplementasikan kebijakan di
dalam organisasi. Hubungan antar budaya dan efektivitas organisasi, di pandang
sebagai kesuksesan organisasi disebabkan oleh kombinasi dari nilai-nilai dan
keyakinan, peraturan dan praktik, serta hubungan antar keduanya. Konsekuensi
logis hal tersebut adalah diperlukan identifikasi cirri budaya organisasi yang berperan
kuat dalam mendukung efektivitas organisasi. Dengan komposisi yang seimbang
terkait empat sifat utama budaya; keterlibatan, konsistensi, beradaptasi, dan
misi. Organisasi dapat dengan mudah menjadi efektif. Kemampuan bersaing secara
efektif, semua organisasi dihadapkan pada sejumlah tantangan yang saling
bertentangan, sebagaian besar organisasi harus secara simultan melengkapi
integrasi internal dan koordinasi dengan adaptasi eksternal, mencapai komposisi
yang seimbang stabilitas dan fleksibilitas. Berdasarkan asumsi tersebut,
kerangka kerja untuk menguji gagasan bahwa budaya berpengaruh pada efektivitas
organisasi, adalah mengembangkan pemahaman tentang bagaimana menggabungkan
ciri-ciri budaya untuk mempengaruhi efektivitas organisasi dengan komposisi
yang seimbang karena hal ini memudahkan organisasi menjadi efektif.
MENCIPTAKAN,
MEMPERTAHANKAN, DAN MENYEBARLUASKAN BUDAYA
Para pendiri organisasi secara tradisional mempunyai
pengaruh penting dalam pembentukan budaya organisasi, karena para pendiri
tersebut adalah orang-orang yang mempunyai ide awal, mereka juga biasanya
mempunyai bias tentang bagaimana ide-ide tersebut direalisasikan. Robbins
(1990) berpendapat bahwa budaya organisasi merupakan hasil interaksi antara (1)
bias dan asumsi para pendirinya, dan (2) hasil belajar dan pengalaman dari
anggota organisasi. Budaya yang diciptakan dalam suatu kondisi atau lingkungan
organisasi mempunyai Kekuatan-kekuatan yang mempunyai peranan penting untuk
mempertahankan budaya tersebut. kekuatan tersebut adalah praktek seleksi
organisasi, tindakan manajemen puncak, serta metode sosialisasi organisasi.
·
SELEKSI
Tujuan dari proses seleksi adalah untuk merekrut
orang-orang yang memiliki kemampuan dan kompetensi yang sesuai dengan
kualifikasi yang dibutuhkan oleh organisasi, namun selain itu, hal tujuan
lainnya adalah menemukan orang - orang yang cocok atau sesuai dengan budaya
organisasi. Menurut Rothman (2006) dengan menggunakan metode cultural fit,
maka dapat dapat ditemukan orang (calon karyawan) yang memiliki kemampuan untuk
beradaptasi dengan budaya organisasi dalam porsi yang sama besarnya dengan
kemampuan teknisnya. Dengan pendekatan ini, akan lebih mudah menemukan orang
yang dapat terintegrasi dengan organisasi.
·
TINDAKAN
TOP MANAJEMEN
Tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen mempunyai
pengaruh atau dampak yang besar terhadap budaya organisasi. Setiap tindakan
yang diambil oleh manajemen, baik secara langsung maupun tidak langsung akan
mempengaruhi perilaku kerja bawahan, karena tindakan tersebut dalam kurun waktu
tetentu akan mempengaruhi karakteristik budaya organisasi. Misalnya bagaimana
suatu kejadian dalam organisasi menetapkan norma-norma yang kemudian meresap
melalui organisasi dan memberitahukan apakah pengambilan resiko diinginkan atau
tidak, sejauhmana kebebasan yang diberikan oleh para manajer kepada bawahannya,
kriteria kinerja seperti apa yang akan menunjang kenaikan gaji, promosi, dan
imbalan lainnya.
·
SOSIALISASI
Sosialisasi adalah proses penyesuaian diri terhadap
budaya organisasi. Metode atau strategi yang digunakan oleh organisasi dalam
mensosialisasikan budayanya mempengaruhi apakah budaya tersebut mudah
terintegrasi atau tidak.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan
dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk
dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan
bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung
menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan
menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya
bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan
perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak
kegiatan sosial manusia
Robbins (1990: 49) mendefinisikan efektifitas organisasi
sebagai suatu tingkat dimana suatu organisasi dapat merealisasikan tujuannya.
Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana mengukur/menguji efektivitas organisasi?
Beberapa teori dan hasil penelitian telah menawarkan beberapa model untuk
menguji efektivitas organisasi. Pendekatan tradisional digunakan untuk mengukur
efektivitas organisasi individual dalam rangka untuk mempertemukan kemampuan
dan tujuan organisasi tersebut dalam setiap bidang yang khusus. Pendekatan ini
menimbulkan beberapa pertanyaan sehubungan dengan pengukuran efektivitas
organisasi.
BUDAYA
DAN KEEFEKTIFAN ORGANISASI
Budaya organisasi memiliki peran yang sangat strategis
terhadap kesuksesan suatu organisasi, misalnya untuk membangun kinerja ekonomi
dan kinerja organisasionalnya dalam jangka panjang sebagai sarana bagi anggota
organisasi untuk memenuhi kebutuhan serta mencapai tujuannya. Sejauh mana
budaya mempengaruhi efektifitas organisasi dapat diketahui dengan melihat kuat
atau lemahnya budaya organisasi tersebut.
Robbins (1996) mengemukakan bahwa organisasi dengan
budaya yang lemah, individu di dalamnya tidak memiliki kesiapan akan terjadinya
sebuah perubahan. Mereka lebih menyukai nilai-nilai, baik nilai-nilai individu
maupun nilai-nilai kelompok yang selama ini telah dimiliki. Mereka juga lebih
menyukai cara kerja yang selama ini telah mereka lakukan dan menolak adanya
perubahan, terutama perubahan yang menuntut kemampuan dan ketrampilan baru
untuk memenuhi tuntutan dan kewajiban yang diharapkan.
Apabila komponen dalam organisasi tidak mampu
menyesuaikan diri dengan perubahan, maka hal ini dapat menghambat pertumbuhan
dan perkembangan organisasi. Selanjutnya berdampak pada efektivitas organisasi
itu sendiri.
Di sisi lain, adanya nilai inti (core value) dari
organisasi yang dianut dengan kuat, diatur dengan baik, dan dirasakan secara
meluas merupakan cirri dari budaya organisasi yang kuat. Semakin banyak anggota
organisasi yang menerima nilai-nilai inti (core values), memahami dan
menyetujui jajaran tingkat kepentingannya, dan tingginya komitmen tehadap
organisasi, maka semakin kuat budaya tersebut. Dengan adanya budaya organisasi
yang kuat dan sehat di setiap perusahaan akan berdampak positif di perusahaan
tersebut. Manfaat besarnya adanya budaya organisasi adalah dimana anggotanya
atau karyawan dapat terfokuskan dan tercurahkan segala perhatian pada system
nilai-nilai yang ada dan berlaku di dalam organisasi. Nilai dan keyakinan
tersebut akan diwujudkan menjadi perilaku keseharian mereka dalam bekerja,
sehingga akan menjadi kinerja individual. Hal ini telah dinyatakan sebelumnya
oleh Robbins (2005) budaya organisasi yang kuat sangat diperlukan untuk
memastikan bahwa semua orang yang berada di dalam organisasi diarahkan kesuatu
pandangan arah yang sama. Selain itu Luthans (2006) melihat budaya organisasi
memberikan arah dan memperkuat standar perilaku untuk mengendalikan pelaku
organisasi agar melaksanakan tugas dan tanggung jawab mereka secara efektif dan
efisien untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi yang telah disepakati
bersama.Dengan adanya budaya organisasi kuat dan sehat dapat difungsikan sebagi
tuntutan yang mengikat para karyawan karena diformulasikan secara formal ke
dalam berbagai peraturan dan ketentuan perusahaan. Dengan demikian budaya
organisasi akan menciptakan peningkatan produktifitas, dan kinerja.
Budaya organisasi yang kuat dapat mempengaruhi
efektivitas organisasi, karena untuk mencapai efektivitas maka dibutuhkan budaya
organisasi, strategi, lingkungan, dan teknologi yang sesuai. Budaya organisasi
lebih kuat apabila terdapat kecocokan budaya (culture fit) dengan
variabel-variabel penting lainnya, meliputi: strategi, lingkungan, dan
teknologi (Robbins, 1990).
Kanungo dan Jaeger (Smith, dkk: 2001) juga mengemukakan
bahwa kecocokan budaya (culture fit) menentukan efektivitas organisasi. Budaya
yang dimaksud di sini mencakup: lingkungan fisik dan sosio-politik, yang
meliputi konteks ekologi, sosialisasi, hukum, dan sistem politik yang sangat
berpengaruh terhadap lingkungan perusahaan yang mencakup karakteristik pasar,
kepemilikan (ownership), sifat industri, dan sebagainya. Hal ini mempengaruhi
budaya kerja dalam organisasi, yang diterapkan pada sejumlah kegiatan HRM (human
resource management), yang antara lain meliputi: desain pekerjaan, pengawasan,
dan prosedur pemberian reward.
Budaya yang kuat juga akan meningkatkan perilaku yang
konsisten dari anggota organisasi. Oleh karena itu, budaya dapat dijadikan
sebagai sarana yang kuat untuk mengontrol dan dapat bertindak sebagai sebuah
substitusi bagi formalisasi. Semakin kuat budaya suatu organisasi maka semakin
lemah atau rendah formalisasi yang berlaku di oraganisasi tersebut. Kebutuhan
manajemen untuk mengembangkan peraturan dan kebijakan formal sebagai pedoman
perilaku kerja anggota organisasi makin kurang. Pedoman tersebut akan dipahami
dan diterima oleh anggota organisasi apabila mereka menerima budaya organisasi
tersebut.
DEFINISI
KONSEPTUAL
1. Budaya organisasi adalah tingkat kemampuan seperangkat
keyakinan, tata nilai, dan pola perilaku yang melekat pada system organisasi
yang senantiasa mengontrol perilaku anggota organisasi beraktifitas dalam
organisasi.
2. Efektivitas organisasi adalah pencapaian tujuan yang
ditetapkan dengan usaha kerjasama, berkaitan dengan optimalisasi ketercapaian
rencana (target).
KESIMPULAN
Dari
uraian-uraian yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa efektifitas
organisasi merupakan suatu tingkat prestasi organisasi dalam mencapai tujuannya
dengan memanfaatkan segala sumber daya yang ada secara tepat guna.
PENUTUP
Demikian yang dapat kami
paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya
masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Saya banyak berharap para pembaca yang budiman dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada saya demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
Saya banyak berharap para pembaca yang budiman dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada saya demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
http://zizer.wordpress.com/2009/04/26/efektifitas-organisasi/
http://journal.uii.ac.id/index.php/JAAI/article/viewFile/870/797
Tidak ada komentar:
Posting Komentar